KENAPA MASIH SERING TERJADI RESISTENSI ANTIBIOTIK ?
Disusun oleh :
1. Adinda Niti Meilaningrum / 1713015014
2. Nada Emilia Purnama Dewi / 1713015010
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotik. Di Negara yang sudah maju 13-37% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30-80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik. Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah apabila penggunaannya tidak rasional. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
Penggunaan antibiotik di rumah sakit yang tidak perlu atau berlebihan mendorong berkembangnya resistensi dan kekebalan ganda terhadap bakteri tertentu yang akan menyebar melalui infeksi silang. Terdapat hubungan antara penggunaan (atau kesalahan penggunaan) antibiotik dengan timbulnya resistensi bakteri penyebab infeksi nosokomial. Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang bijak. Penggunaan antibiotik yang terkendali dapat mencegah munculnya resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan antibiotik yang pada akhirnya akan mengurangi beban biaya perawatan penderita, mempersingkat lama perawatan, penghematan bagi rumah sakit serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
Resistensi Antibiotik
Antibiotik yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrichtahun 1910, sampai saat ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi. Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir telah mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat. The Center for Disease Controland Prevention di Amerika Serikat menyebutkan terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing) dari 150 juta peresepan setiap tahun. Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs resistance didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Sedangkan cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti demean obat lain yang belum pernah dipaparkan.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi, antara lain :
- Penggunaannya yang kurang tepat (irasional)
- Faktor yang berhubungan dengan penderita
- Peresepan
- Penggunaan monoterapi antibiotik
- Perilaku hidup sehat
- Penggunaan di rumah sakit
- Penggunaannya untuk hewan dan binatang ternak
- Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi serta didukung pengaruh globalisasi
- Penelitian
- Pengawasan
Saat ini kejadian yang sering dijumpai dimasyarakat, penggunaan antibiotik sudah tidak asing lagi dimana masyarakat menggunakan antibiotik layaknya menggunakan obat-obat bebas. Sebagian masyarakat menggunakan antibiotik sebagai pengobatan sendiri (swamedikasi) tanpa adanya peresepan dari dokter dan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik. Hal ini terjadi mungkin disebabkan adanya kekeliruan mengenai anggapan bahwa antibiotik dapat mengobati segala macam penyakit yang sedang mereka derita tanpa mengetahui dengan jelas indikasi obat dan penyebab penyakitnya, padahal di pedoman yang di buat oleh Menteri Kesehatan tentang penggunaan obat antibiotik bahwa Penggunaan Antibiotik dinyatakan lama pemberian antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu minimal 48 –72 jam dan untuk penggunaan selanjutnya perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut mengenai penyakitnya.
Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan maupun informasi mengenai antibiotik dan penggunaannya pada responden masih kurang, terutama pada akibat yang ditimbulkan jika menggunakan antibiotik secara tidak tepat hal ini dibuktikan dari jawaban responden pada pertanyaan nomor 8 (Apakah Anda mengetahui apabila antibiotik digunakan secara tidak sesuai dengan aturan pakai dapat menyebabkan resistensi?) dengan persentase 14,23 % masuk dalam kriteria kurang karena masyarakat belum banyak yang mengetahui apa itu resistensi dan apa faktor pemicu terjadinya resistensi antibiotik.Resistensi terhadap antibiotik adalah obatnya tidak mampu membunuh kuman atau kumannya menjadi kebal terhadap obat yang diakibatkan dari penggunaan antibiotik secara tidak tepat seperti waktu yang terlalu singkat, maupun diagnosis penyakit yang salah. Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan antibiotik dikarenakan tidak ada penyuluhan mengenai antibiotik terlebih lagi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang terbatas menyebabkan kurangnya pelayanan informasi obat untuk masyarakat.
Pencegahan Resistensi Antibiotik
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan resistensi antibiotik, antara lain :
- Pemberian antibiotika kombinasi dalam pengobatan infeksi
- Antibiotik dikombinasikan dengan senyawa yang menyerang mekanisme biokimiawi yang menyebabkan bakteri resisten
- Pemakaian tes sensitivitas yang cepat dan akurat sehingga memberi kesempatan untuk memilih antibiotik yang cepat
- Pembuatan vaksin
- Berhubungan dengan kebijakan rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Deny Perdana.,Tutik Kusmiati. 2015. Manajemen Pemberian Antibiotik dengan Hasil Uji Kepekaan Resisten. Jurnal Respirasi Vol. 1 No. 1
Pratomo,Guntur Satrio., Nuria Ayu Dewi. 2018. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Anjir Mambulau Tengah Terhadap Penggunaan Antibiotik. Jurnal Surya Medika Vol. 4 No. 1
Komentar
Posting Komentar