OBAT-OBAT GOLONGAN SISTEM SARAF OTONOM
Disusun oleh :
1. Corelia Cyane Zein / 1713015074
2. Maria Rotua Simanjuntak / 1713015030
Sistem saraf otonom (SSO), dapat juga disebut sistem saraf viseral, bekerja pada otot polos dan kelenjar. Fungsi dari SSO adalah mengendalikan dan mengatur jantung, sistem pernapasan, saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar. Terdapat 2 perangkat neuron dalam komponen otonom yaitu neuron eferen (sensorik) atau adrenergik dan neuron aferen (motorik) atau kolinergik. Jalur eferen dalam SSO dibagi menjadi 2 yaitu simpatis dan parasimpatis. Obat-obat golongan SSO adalah Adrenergik, Antiadrenergik, Kolinergik, dan Antikolinergik.
Obat adrenergik (agonis adrenergik) merupakan obat yang memacu atau meningkatkan kerja dari syaraf adrenergik. Obat obat yang bekerja dengan cara ini bereaksi dengan reseptor adrenergik, yaitu reseptor α dan reseptor β, sedangkan masing masing reseptor tersebut terdapat 2 tipe. Efek aktivitas pada reseptor tersebut adalah:
· Reseptor α1 (otot polos pembuluh darah), efek : kontraksi otot pembuluh darah.
· Reseptor α2 (sel syaraf postganglion simpatik), efek: penghambatan pelepasan neurontransmiter nor-adrenalin pada ujung saraf simpatik,
· Reseptor β1 (otot jantung), efek: peningkatan frekuensi denyut jantung
· Reseptor β2 (otot polos uterus dan bagian pernapasa), efek: relaksasi otot polos uterus ataupun relaksasi bronkus pada pernafasan.
Contoh untuk obat golongan adrenergik adalah Pseudoefedrin Hydrocloride. Pseudoefedrin dapat diberikan dengan rute intramuscular, inravena, dan subcutan dengan dosis IM/SC: 1-10 mg q10-15 menit prn dan untuk IV: 0,1-0,18mg/menit. Pseudoefedrin merupakan golongan obat simpatomimetik yang bekerja langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu bekerja pada reseptor α1, β1, dan β2. Tidak langsung melalui pelepasan nor-epinefrin endogen. Karena dapat masuk ke sistem saraf pusat, pseudoefedrin merupakan stimulus ringan. Efek kardiovaskular, tekanan sistolik meningkat, dan biasanya juga tekanan diastolik, serta tekanan nadi membesar. Peningkatan tekanan ini sebagian disebabkan oleh vasokontriksi, tetapu terutama oleh stimulasi jantung yang meningkat kekuatan kontraksi jantung dan curah jantung. Efek vasokontriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor α1 sehingga mengurangi volume mukosa dan demikian mengurangi penyumbatan hidung.
Obat antiadrenergik merupakan obat-obat yang berfungsi untuk menghambat kerja atau efek dari neurontrasmiter utama yaitu nor-epinefrin. Obat golongan ini dapat juga disebut dengan adrenolitik. Penghambatan efek dari obat-obat ini dengan cara pengeblokan reseptor adrenergik, maka dapa juga disebut dengan blocker.
Contoh untuk obat antiadrenergik adalah obat propanolol. Propanolol dapat diberikan dengan rute per-oral dan intravena, dengan dosis PO: 10-40mg b.i.d dan untuk IV: 0.5-3 mg q4h prn. Propanolol merupakan β-blocker nonselektif, memiliki ikatan dengan protein tinggi, 0-95 % dimetabolisme di hepar (efek lintas pertama yang nyata) pada pemakaian per oral, metabolit yang tidak aktif disekresikan ke dalam urine. Propanolol penghambat β1 yang diresepkan untuk mengobati angina, aritmia jantung, dan hipertensi. Propanolol diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat ini metabolisme oleh hati dan mempunyai waktu paruh yang singkat yaitu 3-6 jam. Propanolol menurunkan denyut jantung dan tekanan darah dengan menghambat kedua jenis reseptor beta. Obat ini juga menyebabkan saluran bronkial mengalami kontriksi dan juga kontraksi pada uterus.
Obat kolinergik, mekanisme kerjanya obat kolinergik dibagi menajadi 2 kelompok yaitu obat yang bekerja langsung pada reseptor kolinergik dan yang bekerja secara tidak langsung yaitu dengan cara menghambat enzim asetilkolinestrease sehigga terjadi peningkatan kadar asetilkolin yang pada akhirnya bekerja pada reseptor kolinergik. Obat-obat ini berikatan dengan reseptor pada membran sel-sel organ target, mengubah peremebilitas membran sel dan mempermudah pengaliran kalsium dan natrium ke dalam sel dan menyebabkan terjadinya depolarisasi membran sel yang menyebabkan stimulasi otot.
Contoh untuk obat golongan kolinergik adalah Pilokarpin HCL. Pilokarpin dapat diberikan dengan rute per-oral dan opthalmis dengan dosis PO;5-10 mg t.i.d dan opthalmic: 1 drop 1-2 % larutan untuk mata q 5-10 menit untuk 3-6 dosis. Alkaloid pilokarpin adalah suatu amin tersier yang stabil terhadap hidrolisis oleh asetilkolinesterase. Pilokarpin termasuk obat yang lemah dibanding dengan asetilkolin dan turunannya. Aktivitas utamamya adalah muskarinik dan biasa digunakan untuk oftalmologi. Pilokarpin dapat menurunkan tekanan bola mata, baik pada penyakit glukoma bersudut sempit ataupun bersudut lebar. Pilokarpin juga merangsang keringat dan salivasi yang berlebiha, pilokarpin juga dapat masuk ke SSP dan menimbulkan gangguan SSP. Pilokarpin termasuk pemacu sekresi kelenjar yang terkuat pada kelenjar keringat, kelenjar saliva dan kelenjar air mata.
Obat antikolinergik adalah obat-obat yang berikatan dengan reseptor kolin (kolinoreseptor) tetapi tidak memicu efek intaseluler sehingga persarafan parasimpatik menjadi terganggu. Berdasarkan lokasi tempat kerjanya dibagi atas 3 golongan yaitu:
· Blokir secara selektif sinaps ,muskarinik pada saraf parasimpatik yang disebut sebagai antimuskarinik.
· Blocker ganglionik, yang lebih banyak bekerja pada reseptor nikotinik pada ganglia simpatik dan parasipatik.
· Penyekat neuronmuskular yang menggangu trasmisi impuls eferen yang menuju otot rangka.
Contoh obat antikolinergik adalah atropin sulfat injeksi. Atropin dapat diberikan dengan rute intravena, intramuscular, subcutan, dan opthalmic dengan dosis IV, IM, SC: 0,4-0,6 mg 30-60 menit sebelum operasi dan untuk opthalmic 1-2 drop t.i.d. Mekanisme kerja atropin menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSS. Adapun efek samping yang ditimbulkan adalah peningkata tekanan okuler, sikloplegia, midriasis, mulut kering, pandangan kabur, kemerahan pada wajah, peninkatan suhu badan, penignkatan susunan sistem saraf pusat.
Komentar
Posting Komentar